TIMES NGANJUK, NGANJUK – Sepanjang musim tanam melon tahun ini tidak menguntungkan para petani. Sejumlah wilayah sentra produksi melon di Jawa Timur menunjukkan tantangan yang signifikan.
Performa tanaman yang semakin menurun menjadi perhatian utama para petani, terutama akibat cuaca yang tidak menentu serta meningkatnya potensi serangan virus tanaman.
Di berbagai wilayah seperti Nganjuk, Madiun, dan Kediri, tanaman melon yang biasanya tumbuh optimal mengalami gangguan pada fase pembentukan dan pembesaran buah.
Salah satu penyebab utama adalah infeksi virus tanaman yang menyebar cepat saat kelembapan tinggi.
Kondisi tersebut mengakibatkan pertumbuhan tanaman tidak seragam dan buah tidak bisa berkembang dengan baik.
Buah melon dari lahan terdampak, terlihat lebih kecil dari ukuran normal, permukaannya pun kasar, dan warnanya kurang cerah.
Beberapa buah melon itu, bahkan mengalami keretakan atau bentuk yang tidak sempurna, sehingga tidak memenuhi standar kualitas pasar.
Kondisi cuaca yang tidak menentu turut memperburuk situasi. Ketika suhu tidak stabil dan curah hujan tinggi, tanaman menjadi lebih rentan terhadap infeksi virus dan penurunan performa secara keseluruhan.
Di lapangan, petani seperti Edi dan Arif Nur Azis yang merupakan petani melon asal Desa Purwotengah Kediri menyampaikan, bahwa upaya mereka untuk menjaga kualitas tanaman tahun ini menghadapi banyak hambatan.
"Kami menghadapi banyak sekali tantangan, mulai cuaca sampai hama," ungkap Edi pada TIMES Indonesia, Selasa (8/7/2025).
Ditambahkan lagi oleh Mujet, seorang pemilik usaha pertanian dan tengkulak buah-buahan di Kediri. Mereka berharap ada pendampingan lebih lanjut dalam hal pengendalian penyakit tanaman serta peningkatan akses terhadap varietas benih yang tahan virus karena menyengkut hasil yang dihasilkan.
"Harapan kami perlu pendampingan dan penanganan untuk mengantisipasi terjadi gagal panen pada musim depan," ujarnya lirih.
Pemerintah daerah Jawa Timur melalui dinas pertanian setempat diketahui telah melakukan pemantauan dan merespons kondisi ini dengan rencana peningkatan edukasi bagi petani serta penguatan sistem monitoring kesehatan tanaman.
Situasi ini menjadi pengingat penting bahwa sektor pertanian hortikultura, khususnya melon, membutuhkan sistem pertahanan yang lebih adaptif dan responsif terhadap dinamika iklim serta potensi serangan virus tanaman.
Kolaborasi antara petani, pemerintah, dan pihak swasta sangat dibutuhkan untuk memastikan keberlangsungan produksi di tengah tantangan yang terus berkembang. (*)
Pewarta | : Lely Yuana |
Editor | : Dhina Chahyanti |