TIMES NGANJUK, PACITAN – Fenomena pengangguran di Kabupaten Pacitan kembali jadi perhatian. Bukan lulusan SD atau SMP yang paling banyak tak terserap dunia kerja. Justru, angka tertinggi datang dari lulusan sarjana. Ketua DPRD Pacitan, Dr. Arif Setia Budi, S.Sos., MPA., terang-terangan menyampaikan keprihatinannya atas kondisi ini.
Menurutnya, ada hal yang perlu dikaji lebih dalam ketika lulusan perguruan tinggi justru mendominasi angka pengangguran.
“Pengangguran paling banyak di Kabupaten Pacitan bukan yang lulusan SD, SMP, SMK. Justru lulusan S1. Nah ini ada apa, apakah karena gengsi dan sebagainya untuk memulai kerja?” kata Arif, Rabu (30/4/2025).
Pernyataan Arif bukan tanpa dasar. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada Agustus 2024, tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Pacitan mencapai 1,56 persen.
Meski terbilang menurun dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 1,83 persen, namun bila dirinci, TPT tertinggi justru berasal dari kalangan lulusan perguruan tinggi, dengan angka mencapai 3,38 persen.
Menyusul di bawahnya adalah lulusan SMA sederajat dengan TPT 2,74 persen. Sementara lulusan SD dan SMP tercatat memiliki tingkat pengangguran lebih rendah.
Menurut pria yang juga doktor ilmu sosial itu, dunia pendidikan saat ini sedang menghadapi masa pasang surut. Perubahan zaman menuntut penyesuaian di segala lini, termasuk pola pikir generasi muda.
“Dunia pendidikan semakin lama pasang surut. Perubahan yang harus kita hadapi, suka tidak suka, ya harus diterima. Tantangannya semakin berat,” tegasnya.
Ia menyebut, saat ini Indonesia sedang berada di masa yang serba cepat dan penuh kompetisi. Karena itu, dibutuhkan kesiapan mental dan karakter yang kuat agar generasi muda bisa bersaing.
“Kita berada di pos modern. Sehingga menuntut generasi muda berpikir lebih cepat,” katanya.
Lebih lanjut, Arif menekankan tiga kunci penting untuk bisa sukses di masa depan, yaitu integritas, disiplin, dan kemampuan komunikasi.
“Orang sukses di masa depan ada tiga. Pertama, menjaga integritas dan kejujuran. Kedua, disiplin. Ketiga, komunikasi yang bagus dengan public speaking,” tambahnya.
Fenomena lulusan sarjana yang justru mendominasi angka pengangguran menjadi tamparan bagi banyak pihak. Ada pekerjaan rumah yang harus diselesaikan bersama—antara lembaga pendidikan, pemerintah, dan masyarakat.
Arif berharap para lulusan sekolah dan kampus di Pacitan tidak terjebak pada gengsi atau memilih pekerjaan yang hanya sesuai impian tanpa mempertimbangkan realitas. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Ketua DPRD Pacitan Soroti Fakta Pengangguran Tertinggi Justru dari Lulusan Sarjana
Pewarta | : Yusuf Arifai |
Editor | : Ronny Wicaksono |