TIMES NGANJUK, JAKARTA – Hubungan dagang Indonesia dan India kini sedang menjalani babak baru.
Setelah puluhan tahun hanya mengandalkan komoditas mentah, terutama minyak sawit dan batubara, kedua negara besar di Asia ini sepakat untuk ‘naik kelas’. Mereka kini bergerak menuju model kerja sama yang lebih modern, berkelanjutan, dan yang paling penting, tahan banting terhadap gejolak ekonomi global.
Pergeseran ini jelas bukan sekadar perubahan daftar barang yang dijual-beli. Ini adalah penanda arah baru diplomasi ekonomi antara Jakarta dan New Delhi.
Eratnya hubungan ekonomi ini ditandai dari nilai transaksi bilateral kedua negara yang mencapai lebih dari USD 21 miliar sepanjang tahun 2022.
Angka fantastis ini patut disyukuri, namun sekaligus memunculkan pertanyaan tentang ketahanan hubungan dagang. Mengapa? Karena sebagian besar masih bertumpu pada dua komoditas raksasa: minyak sawit (menyumbang 40% ekspor RI ke India) dan batubara (25%).
Ketergantungan ini ibarat bom waktu yang rentan meledak saat harga komoditas global bergejolak. Oleh karena itu, diversifikasi menjadi kata kunci utama.
India Hadirkan Solusi Teknologi dan Kesehatan
India dikenal bukan hanya sebagai negara outsourcing IT terbesar di dunia, tetapi juga sebagai eksportir farmasi global. Posisi ini membuka peluang emas bagi Indonesia.
Pemerintah kita kini secara aktif mendorong peningkatan impor produk farmasi dan teknologi IT dari India. Ini adalah langkah strategis untuk memperkuat kapasitas industri dalam negeri, sekaligus menjaga ketahanan kesehatan nasional kita.
Di saat yang sama, arus investasi India ke Indonesia tak lagi melulu soal tambang atau perkebunan.
Investasi mereka mulai merambah sektor bernilai tambah tinggi, seperti teknologi, infrastruktur, dan manufaktur. Indikator paling menonjol adalah rencana investasi besar dari Apollo Hospital Group yang berniat membangun fasilitas kesehatan di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Indonesia.
Ini adalah penegasan: hubungan ekonomi dua negara kini bergerak dari sekadar pertukaran barang mentah menuju transfer teknologi, keahlian, dan layanan strategis.
Diversifikasi Sebagai 'Peredam Kejut' Ekonomi
Prioritas bersama saat ini adalah membangun "pilar baru" di sektor digital dan farmasi. Para analis menyebut, pilar-pilar baru ini akan berfungsi sebagai peredam kejut (buffer) ketika pasar komoditas mengalami tekanan hebat.
Intinya, kerja sama ini adalah komitmen tegas kedua negara untuk keluar dari jebakan ekonomi berbasis ekspor bahan mentah. Dengan perlahan beralih pada perdagangan bernilai tambah tinggi, RI dan India membangun fondasi yang jauh lebih kokoh untuk jangka panjang.
EFD: Arsitek Baru Stabilitas Keuangan Asia
Tak berhenti pada perdagangan barang, Indonesia dan India juga menancapkan fondasi strategis di sektor keuangan.
Pada Juli 2023, kedua Menteri Keuangan menyepakati pembentukan Economic and Financial Dialogue (EFD). Ini adalah forum konsultatif yang didesain untuk memperkuat ketahanan ekonomi kedua negara dan kawasan Asia secara keseluruhan.
Pendirian EFD disebut instrumen vital untuk memperdalam kerja sama, menyamakan persepsi atas isu-isu ekonomi global, dan meningkatkan kemampuan dua negara dalam merespons risiko makroekonomi, seperti pengetatan moneter global, volatilitas mata uang, dan risiko pertumbuhan dunia.
Forum ini diharapkan dapat menjadi “arsitek baru” stabilitas keuangan Asia. Melalui dialog yang terstruktur, RI dan India bisa membangun konsensus regional untuk meredam tekanan eksternal dan menciptakan kerangka kerja ekonomi yang lebih adaptif.
EFD disebut efektif jika mampu menghasilkan sinergi kebijakan nyata di tiga bidang utama:
- Kebijakan Fiskal yang meliputi berbagi pengalaman mengelola utang, menyusun reformasi perpajakan, dan memastikan belanja negara berkualitas.
- Kebijakan Moneter untuk memperkuat komunikasi dan koordinasi antarbank sentral untuk merespons gejolak pasar uang internasional.
- Pembiayaan Infrastruktur untuk mengembangkan skema pembiayaan bersama untuk proyek strategis dan mendorong pembangunan ekonomi yang inklusif.
Momentum Kematangan Diplomasi Ekonomi
Dengan populasi besar, pasar domestik yang luas, dan potensi pertumbuhan yang tinggi, kolaborasi Indonesia–India berpotensi menciptakan poros ekonomi baru yang sangat kuat di kawasan.
Fokus baru pada teknologi, kesehatan, dan stabilitas keuangan menandai kedewasaan diplomasi ekonomi Indonesia dan India dalam menghadapi dinamika global yang kian kompleks.
Ini adalah sinyal bahwa kedua negara kini lebih memilih untuk membangun masa depan ekonomi Asia yang lebih stabil, inovatif, dan berdaya saing, alih-alih hanya bergantung pada fluktuasi harga komoditas mentah.
Dengan EFD sebagai forum inti dan diversifikasi sebagai strategi utama, komitmen ini menegaskan bahwa Indonesia dan India sedang membangun fondasi ekonomi yang tangguh dan modern untuk puluhan tahun mendatang. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Kerja Sama RI–India Kini Fokus pada Teknologi Farmasi dan Stabilitas Keuangan Asia
| Pewarta | : Yusuf Arifai |
| Editor | : Ronny Wicaksono |